Mind Map

Mind Map

7:10 AM





Mungkin itu mind mapping dari hal hal yang ingin dicapai selama menjadi mahasiswa filkom


Indonesia

Indonesia Emas di 100 Tahun Kemerdekaan Indonesia

3:43 AM



100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 2045 diharapkan menjadi tonggak lahirnya Indonesia Emas. Mengangkat wacana generasi 2045 yang dilakukan secara intensif diharapkan mampu melahirkan suatu impian besar bagi seluruh bangsa Indonesia akan bangkitnya generasi emas yang mampu memberikan kebaikan dan kebesaran bangsa Indonesia. Indonesia Emas dimaknai dengan kondisi negara yang Maju, Makmur, Modern, Madani, dihuni oleh masyarakat yang berperadaban seperti yang dimaksud.
Untuk mewujudkan kebangkitan generasi emas, kita tidak bisa lepas dari tantangan abad ke-21 dan tantangan kondisi objektif Indonesia di saat ini dan saat mendatang.
Persiapan selama kurang lebih 40 tahun sebelumnya, sejak diberlakukan undang-undang Pendidikan Nasional, dan undang-undang  Guru dan Dosen -- sebutlah sejak 2005, Pemerintah telah mempersiapkan perangkat aturan terkait dengan tujuan itu antara lain.
Pertama adalaha pendidikan anak usia dini digencarkan dengan gerakan PAUD-isasi, peningkatan kualitas PAUD, dan pendidikan dasar berkualitas dan merata. Menetapkan aturan tentang PAUD dan mengimplementasikannya di seluruh pelosok negeri. Penegasan pendidikan di PAUD berbasis Pembangunan Karakter dan Budipekerti berbasis Budaya dan Kearifan lokal diharapkan menjadi pondasi mental yang tangguh anak-anak bangsa pada tataran pendidikan yang paling rendah. Output dari PAUD akan menjadi input di TK, dan output TK akan menjadi input di SD dan secara berkesinambungan ke jenjang berikutnya, tetap mendapat penegasan pendidikan berbasis Karakter, Budipekerti, Warisan Budaya, dan Kearifan lokal, sehingga Pemerintah dalam hal ini merombak Kurikulum yang dikenal dengan Kurikulum 2013, Kurikulum Kecakapan Hidup.
Kedua adalah pembangunan sekolah/ruang kelas baru dan rehabilitasi bangunan tempat kegiatan belajar mengajar yang sudah tak layak akan dilakukan secara besar-besaran.
Ketiga adalah ada aspek pelajarnya, Pemerintah akan mengupayakan intervensi khusus untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) siswa SMA/ sederajat. Pak Nuh menambahkankan bahwa melalui upaya percepatan ini diharapkan APK SMA/sederajat dapat mencapai 97 persen pada 2020. Sementara bila tanpa intervensi persentase APK yang sedemikian diperkirakan baru tercapai pada 2040.
Keempat adalah di sisi lain peningkatan APK perguruan tinggi juga dilakukan dengan meningkatan akses, memastikan keterjangkauan, dan memastikan ketersediaan. Dan lain-lain, yang tentunya lebih banyak lagi
Sebagai negara yang menjadikan sila pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, sudah pasti, harus menyandarkan semua cita-cita, harapan, rencana, grand design dan keinginan-keinginan yang lain hanyalah kepada-Nya. Bukan kepada selain-Nya. Bila sandaran kita bukan Tuhan YME maka saya pastikan segala cita-cita itu hanyalah tebar pesona. Bukankah dalam dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Setiap kita memperingati hari-hari bersejarah, menjadi penting untuk merenungkan kembali (refleksi) makna yang dikandungnya. Baik dari perspektif kekinian untuk aktualisasi makna maupun dari perspektif kenantian untuk antisipasi masa depan.
Kita semua meyakini bahwa pendidikan adalah sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, keharkatan, dan kemartabatan. Dalam kaitan itulah refleksi Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ini dilakukan. Yaitu, mempertajam peran pendidikan dalam menyiapkan generasi yang cerdas, yang memiliki tingkat kesejahteraan tinggi dengan tetap memegang teguh harkat dan martabat, baik sebagai individu maupun bangsa.
Salah satu refleksi tersebut, sejak 2010 sampai 2035, kita memiliki populasi usia produktif yang sangat luar biasa besarnya. Jumlah itu pun akan menurun setelah 2035. Meskipun, kita sering tidak menyadari hal tersebut, bahkan mengabaikannya. Padahal, inilah kesempatan emas untuk menyiapkan generasi emas yang akan menjadikan bangsa dan negara Indonesia sebagai negara maju dan sejahtera sebagaimana yang dicita-citakan para pendiri. Sekaligus, menyiapkan 100 tahun Indonesia merdeka (2045) serta sebagai khidmat, tanda bakti, dan terima kasih kepada para pejuang serta pendiri bangsa.
Populasi usia produktif tersebut akan menjadi bonus demografi (demographic dividend) manakala berkualitas. Sebaliknya, hal tersebut akan menjadi bencana demografi (demographic disaster) manakala kualitasnya tidak memadai. Kualitas itu lazimnya diukur dengan indeks pembangunan manusia atau IPM (human development index) yang terdiri atas tiga indeks. Yaitu, pendidikan, kesehatan, dan pendapatan. Yang menarik, studi oleh berbagai lembaga internasional, termasuk Global Competitiveness Report (2010-2011), menunjukkan bahwa lamanya wajib belajar memiliki korelasi positif terhadap peningkatan pendapatan per kapita, daya saing, indeks pendidikan, dan IPM secara keseluruhan.
Atas dasar itulah, dalam mempersiapkan generasi emas tersebut, harus disiapkan kebijakan sistemis yang memungkinkan seluruh anak bangsa bisa memasuki dan menikmati pendidikan. Kita ibaratkan pendidikan adalah elevator sosial yang mampu memobilisasi secara vertikal menuju status sosial, ekonomi, kemanusiaan, dan peradaban setinggi mungkin. Karena itu, sekali lagi, kita harus menyiapkan layanan pendidikan yang bisa diakses seluruh warga bangsa. Itulah filosofi pendidikan untuk semua (education for all: EfA).
Memang harus kita sadari, bahwa persoalan dunia pendidikan memang tidak akan pernah selesai. Menteri Pendidikan mengatakan selalu mengatakan, jika persoalan dunia pendidikan bisa diselesaikan, sudah sejak lama negara-negara maju tidak memiliki lagi Menteri Pendidikan.
Yang disampaikan di atas adalah masalah akses yang harus diikuti peningkatan kualitas. Di sinilah pentingnya dunia pendidikan harus terus-menerus meningkatkan kualitas akademis dan kemuliaan dalam interaksi sosialnya serta menjadi pelopor dalam melahirkan pemimpin bangsa. Dengan demikian, pendidikan akan melahirkan generasi yang memiliki kecerdasan komprehensif, termasuk teknis dan kecerdasan sosial, bukan generasi yang mengidap kecacatan sosial (socio idiot) dan kecacatan teknis (technical idiot).
Pada titik temu ini, pendidikan juga harus bisa membangun pola pikir (mindset) positif-optimistis dan landasan akademis yang kukuh sekaligus secara paralel menyiapkan kemampuan dan keterampilan teknis (technical skill ) yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dan persoalan. Modalitas tersebut kita harapkan bisa mengantarkan generasi yang cerdas, yaitu generasi yang memiliki pola pikir solutif-nondestruktif, cost effectiveness (biaya sosial, politik, dan ekonomi) dalam menyelesaikan berbagai tantangan dan persoalan, serta selalu berpegang pada pentingnya menjunjung tinggi harkat dan martabat. Menyiapkan generasi yang cerdas merupakan langkah awal dari ikhtiar mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana amanat pembukaan UUD 1945.
Dengan mendekat dan taat, visi Bangkitnya Generasi Emas 2045 akan benar-benar menjadi sebuah cita-cita bukan tebar pesona. Niat untuk menggapai cita-cita tentu tidak sama dengan niat untuk mendapatkan pesona. Karena menghunjamkan cita-cita dalam dada pasti dilandasi karena Tuhan serta keinginan luhur yang layak untuk didukung dan diperjuangkan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Hal-hal yang mengenai penunjang program-program dalam grand design dan lain-lain akan diselenggarakan cara seksama dan bijaksana sesuai aturan Tuhannya J. Sedangkan niat menebarkan pesona sudah pasti ditujukan karena ingin pujian, sanjungan, tepuk tangan dan balasan manusia. Dan Tuhan kita tidak mau diduakan dalam niat, bahkan melarang hamba-hambanya tidak ikhlas dalam beramal.

Apalah artinya pujian/sanjungan yang tinggi dari manusia bila harus mendurhakai dan melanggar aturan Tuhannya? Apa manfaatnya balasan melimpah ruah dari manusia bila Tuhan sendiri tidak menerima amal ibadah, Apa juga artinya menyiapkan Generasi Emas 2045 bila ternyata generasi emasnya sekarang ini, di tiap desah nafasnya ‘menghirup udara pendidikan dan kebudayaan’ yang dengan jelas-jelas dibenci oleh Tuhan.

Popular Posts